Sepotong Apel membuat adam dan hawa keluar dari Surga, sepotong Apel pula yang mengilhami penemuan gaya gravitasi
Jumat, 31 Desember 2010
Kamis, 18 November 2010
SHADOW for Gadis

Shadow
Gadis masih tetap saja begitu, keras kepala dan egois. Tak tahu kah kalau umurnya sudah genap berkepala dua, seharusnya hal sekecil itu tidak membuat orang tuanya kecewa. Hanya karena dilarang untuk pergi dengan kawan lamanya, satu rumah berantakan dibuatnya, benar-benar sikap yang kekanak-kanakan. Gadis tau apa yang dia lakukan itu salah, childish, tidak dewasa, dan akan merugikannya kelak, namun tetap saja dalam hati kecilnya masih tersimpan berpuluh-puluh cara agar keinginannya itu tercapai. Benar-benar kekanak-kanakan. Sekali lagi disini Kutulis kalau Gadis benar-benar kekanak-kanakan.
Aku mengenal Gadis sudah lama, sejak kecil aku bersahabat dengannya, dimana ada Gadis disitu ada aku. Bahkan, orang-orang sering bilang kalau kami kembar karena kami bagai perangko dan amplop yang selalu dilekatkan oleh lem, tak terpisahkan. Selama sepuluh tahun ini aku tinggal bersama Gadis, sekolah disekolah yang sama, rumah yang sama, bahkan kami sering membeli baju dengan model yang sama pula, kalian tahu kan betapa waktuku banyak kuhabiskan dengannya. Akan kuceritakan sedikit tentang asal usul Gadis, aku bertemu dengannya saat aku berusia sepuluh tahun. Waktu itu, dia sedang duduk sendirian dibawah pohon beringin depan SD yang nantinya akan jadi SD kami bersama, mukanya sangat polos sekali, ada sedikit ketakutan diwajahnya, bukan takut mungkin malu karena dia baru saja pindah ke sekolah kami. Maklum saja, anak-anak kecil kalau melihat ada hal baru atau teman baru pasti sangat menarik perhatian bukan. Aku kecil pun demikian, kudekati Gadis dan kami pun berkenalan.
“Hi, anak baru ya??Nama kamu siapa??”tanyaku
“iya, namaku Gadis, aku dari kota sebelah, kalau kamu??” jawabnya tersenyum
“Namaku Cantik”
Gadis memang gadis yang pemalu, bahkan sangat pemalu. Selama seminggu dia masuk kelas, dia hanya berbicara kalau aku atau teman-teman yang lain bertanya, selebihnya dia memilih diam. Kebetulan Gadis duduk sebangku denganku, jadi aku bisa mengajaknya mengobrol panjang lebar, dan ternyata dia itu sangat menyenangkan. Lalu kami pun bersahabat bahkan hingga saat ini. Setelah aku mengenal Gadis, aku bisa mendeskripsikan dia itu seperti apa, Gadis kecil sangat tomboy tapi berhati feminin, dia berani dengan teman-teman laki-laki tapi dia nggak berani dengan perempuan, sampai kini pun aku juga nggak tau kenapa dia begini, waktu masih balita dia suka sekali nangis dan nggak bisa pisah dari Ibunya barang sedetik pun(aku pernah dapat cerita ini dari ibu Gadis^^), ayahnya orang yang sangat keras dan tak segan untuk memukulnya kalau dia nakal, pernah suatu hari dia mengadu padaku sambil menangis dan menunjukkan punggungnya yang berdarah karena terkena pukul ayahnya, aku memeluknya dan membiarkan dia menangis sepuasnya karena aku tau dia tidak berani menangis didepan orang tuanya. Meskipun kami berusia sama, aku tau betapa menderitanya dia waktu kecil, kadang aku pun tak tega mendengar cerita sedihnya setiap hari. Ya, masa kecil yang kurang bahagia. Gadis juga gadis yang nekat, she’ll do anything that she wanna do, suatu hari Gadis ingin sekali bermain dengan kami, namun ayahnya melarang dan menyuruhnya tidur siang. Kalian tau apa yang dia lakukan?dia melompat dari jendela dan kabur untuk bermain bersama kami, sering dia melakukan hal itu, bahkan tak segan dia berbohong pada orang tuanya (hal yang paling nggak berani kulakukan) untuk suatu hal yang dia ingin lakukan, kebohongan pertama akan memunculkan kebohongan-kebohongan berikutnya. Aku pernah bilang padanya kalau apa yang dia lakukan itu tidak benar, tapi mendengar alasannya “aku tidak akan jadi apa-apa kalau aku tidak melakukan apa-apa” aku pun diam saja. Bahkan, dia berniat kabur dari rumah namun sesampai ditengah jalan dia teringat padaku dan kemudian kembali ke rumah. Selain aku, teman-teman Gadis adalah laki-laki, tapi tak satu pun laki-laki yang pernah bermain ke rumah Gadis, alasannya takut dengan Sang Ayah, jadi wajar kalau sampai umur dua puluh tahun ini dia belum punya pacar. Gadis yang malang.
Setelah lulus SD, kami masuk di SMP yang sama , karena letak rumah kami yang jauh dari sekolah maka kami memutuskan untuk kost , dan ini akan menjadi kisah baru bagi hidup Gadis.
“sekarang aku bisa terbang bebas” ucapnya berkali-kali sebelum masuk sekolah pertama. Aku melihat senyum sumingrahnya, menunjukkan dia memang benar-benar bahagia. Namun, dalam hati kecilku khawatir apa dia akan bisa bertahan dikota ini, beradaptasi dengan baik, mendapatkan teman banyak dan mendapatkan dunia yang selama ini dia impikan. Aku yakin dia pasti bisa menjaga amanat dan akan selalu menjaga nama baik keluarganya.
Saat SMP ternyata kelas kami berbeda, cukup melegakan karena aku ingin melihat Gadis mandiri dan tidak menjadi Gadis yang pemalu seperti dulu. Meski tidak bersama dikelas namun saat di kost setiap sebelum tidur dia selalu menceritakan semua yang dia alami hari itu padaku, sedih,senang, kecewa, semua diceritakannya. Aku pun mendengar ceritanya begitu antusias dan sangat tertarik, karena melihat ekspresi wajah Gadis yang masih sangat polos sekali. Bahkan dia pun tidak tau kalau kadang ada teman-teman yang membodohinya, ini yang membuatku tertawa geli. Tak henti-hentinya aku menceritakan hidup Gadis, karena bagiku hidupnya cukup aneh, dia memiliki keluarga lengkap sepertiku namun dia tidak memiliki rasa perlakuan sayang seperti yang kudapatkan. Kadang kami berdua berpikiran konyol “bagaimana jika hidup kami bertukar” it would be interesting ringht!!but we know that its impossible thing.
Ada satu hal yang paling kupahami dari Gadis, dia sangat keras kepala dan egois. Kekangan dan kekerasan yang dia dapat waktu kecil membuatnya jadi keras kepala dan egois, terutama pada orang tuanya. Om (ayah Gadis) pernah berpesan padaku selama kami tinggal di Kota ini aku harus menjaga Gadis dengan baik, karena menurut beliau aku dianggap lebih dewasa daripada Gadis. She was so special, i thought!!and i envy~0~.
MY HOMEWORK!!!!번역 숙제
MY HOMEWORK!!!!^o^
Tugas Terjemahan 1
1. 5년전에는 물가가 싸더니 요즘은 많니 비싸졌다는 사실을 설명해 줄 필요가 있다
Lima tahun yang lalu harga-harga barang murah, namun akhir2 ini perlu adanya penjelasan nyata tentang harga barang kini yang semakin mahal.
2. 내가 어렸을때 어머니가 고우시더니 지금 많이 늙으셨다.
Saat aku kecil ibuku cantik namun sekarang sudah semakin tua
3. 아까 학생들이 너무 시끄럽더니 지금 조용해졌다는 이유가 뭔지 몰랐거든요
Tadi murid-murid sangat berisik namun sekarang alasan yang menjadikan mereka diam itu apa kan (saya) tidak tau.
4. 옛날엔 가을이면 사슴이 내려오더니 요새는 하나도 없다말이야.
Zaman dulu kalau musim gugur rusa turun gunung, namun akhir-akhir ini (lihatlah) satupun tak ada (yang muncul).
5. 그 전에는 이곳이 연못이더니...
Sebelumya tempat ini adalah kolam, namun...
6. 그는 한번 가더니 소식이 없다.
Dia sekali pergi namun (sampai saat ini) tak ada kabar.
Tugas terjemahan 2
1. 아이가 우유를 매일 마시더니 키가 많이 컸어요.
Badan anak itu semakin besar karena minum susu setiap hari
2. 어렸을 때부터 책을 좋아하더니 (커서) 글쓰기도 잘한다.
Tulisannya pun bagus karena sejak kecil dia memang suka buku.
3. 어릴 때부터 운동을 싫아하더니 뚱뚱해졌어요.
Dia menjadi Gemuk karena saat remaja tidak suka olah raga.
4. 어릴 때부터 성격이 활발하더니 학교에서 친구들에게 인기가 많다.
Dia sangat terkenal dikalangan teman-tema sekolahnya karena sejak remaja sifatnya memang lincah.
Tugas terjemahan 3
1. 동생이 그림을 잘 그렸더니 화가가 되었다.
Seharusnya tidak memakai – 었더니 karena subyek pada kalimat pertama –었더니 selalu ‘나’. Lebih tepat memakai –더니 karena hasil yang ditimbulkan kal.depan adalah kalimat depan.
2. 하숙비가 비싸더니 이사했어요.
Lebih tepat menggunakan –어서 karena subjek pada kalimat depan dan kalimat belakang berbeda. Kalimat depan ‘하숙비’ dan kalimat belakang ‘나’
날씨가 나쁘더니 우산을 가져왔어요.
3. Lebih tepat menggunakan –어서- karena subjek pada kalimat depan dan belakang berbeda dan waktu antara ‘날씨가 나쁜것’ dan ‘우산을 안 가져온것’ waktunya bersamaan.
Tugas terjemahan 4
1. 친구가 한턱낸다고 하더니 학교에도 안 왔다.
Katanya temanku mau mentraktir, kog ke sekolahpun malah nggak dateng.
2. 나만 사랑한다고 하더니 왜 다른 사람을 만나요?
Katanya hanya mencintaiku kenapa kok bertemu orang lain?
3. 주말에 같이 산에 가자고 하더니 왜 전화를 안 해요?
Akhir pekan katanya mau naik gunung bersama, kenapa kok malah nggak nelpon?
4. 온다고 하더니 왜 안 왔어?
Katanya mau datang kog knapa nggak datang?
Tugas Terjemahan 1
1. 5년전에는 물가가 싸더니 요즘은 많니 비싸졌다는 사실을 설명해 줄 필요가 있다
Lima tahun yang lalu harga-harga barang murah, namun akhir2 ini perlu adanya penjelasan nyata tentang harga barang kini yang semakin mahal.
2. 내가 어렸을때 어머니가 고우시더니 지금 많이 늙으셨다.
Saat aku kecil ibuku cantik namun sekarang sudah semakin tua
3. 아까 학생들이 너무 시끄럽더니 지금 조용해졌다는 이유가 뭔지 몰랐거든요
Tadi murid-murid sangat berisik namun sekarang alasan yang menjadikan mereka diam itu apa kan (saya) tidak tau.
4. 옛날엔 가을이면 사슴이 내려오더니 요새는 하나도 없다말이야.
Zaman dulu kalau musim gugur rusa turun gunung, namun akhir-akhir ini (lihatlah) satupun tak ada (yang muncul).
5. 그 전에는 이곳이 연못이더니...
Sebelumya tempat ini adalah kolam, namun...
6. 그는 한번 가더니 소식이 없다.
Dia sekali pergi namun (sampai saat ini) tak ada kabar.
Tugas terjemahan 2
1. 아이가 우유를 매일 마시더니 키가 많이 컸어요.
Badan anak itu semakin besar karena minum susu setiap hari
2. 어렸을 때부터 책을 좋아하더니 (커서) 글쓰기도 잘한다.
Tulisannya pun bagus karena sejak kecil dia memang suka buku.
3. 어릴 때부터 운동을 싫아하더니 뚱뚱해졌어요.
Dia menjadi Gemuk karena saat remaja tidak suka olah raga.
4. 어릴 때부터 성격이 활발하더니 학교에서 친구들에게 인기가 많다.
Dia sangat terkenal dikalangan teman-tema sekolahnya karena sejak remaja sifatnya memang lincah.
Tugas terjemahan 3
1. 동생이 그림을 잘 그렸더니 화가가 되었다.
Seharusnya tidak memakai – 었더니 karena subyek pada kalimat pertama –었더니 selalu ‘나’. Lebih tepat memakai –더니 karena hasil yang ditimbulkan kal.depan adalah kalimat depan.
2. 하숙비가 비싸더니 이사했어요.
Lebih tepat menggunakan –어서 karena subjek pada kalimat depan dan kalimat belakang berbeda. Kalimat depan ‘하숙비’ dan kalimat belakang ‘나’
날씨가 나쁘더니 우산을 가져왔어요.
3. Lebih tepat menggunakan –어서- karena subjek pada kalimat depan dan belakang berbeda dan waktu antara ‘날씨가 나쁜것’ dan ‘우산을 안 가져온것’ waktunya bersamaan.
Tugas terjemahan 4
1. 친구가 한턱낸다고 하더니 학교에도 안 왔다.
Katanya temanku mau mentraktir, kog ke sekolahpun malah nggak dateng.
2. 나만 사랑한다고 하더니 왜 다른 사람을 만나요?
Katanya hanya mencintaiku kenapa kok bertemu orang lain?
3. 주말에 같이 산에 가자고 하더니 왜 전화를 안 해요?
Akhir pekan katanya mau naik gunung bersama, kenapa kok malah nggak nelpon?
4. 온다고 하더니 왜 안 왔어?
Katanya mau datang kog knapa nggak datang?
Jumat, 22 Oktober 2010
MY Impression text about You!!
Impression of CPU joint volunteer from Hanseo university program

A view month ago my university Gajah Mada university was visited by Hanseo university students of CPU joint volunteer from Hanseo University program, As I knew they will have bongsahwaldong for 8 days in Puton, one of villages in Yogyakarta. I was so happy because this is my second time helped hanseo University volunteer. I was lucky because i could pick up them in airport. In the first immpression, they were very friendly, handsome, beautifull and i got warm gretting from them. Because of their kindness, we were get closer easly.
During that time We worked together, They have had plan to Puton village and we are as UGM’s korean students volunteer helped them to translate or bridge communication among Hanseo student, the local government and their citizen. In the first day, we had a liltle bit trouble, it is caused from language differ and we had not knew each other yet , But, increasingly we could have an conversation and talk about everything, and it was a very wonderful day!!!

When they came to Jogja, I was volounteer who helped them in doing activites during they stayed in Jogja. Although they did not stay for a long time, I got many experiences from this program, the most impressive thing when I helped them is teaching korean language, korean culture, game, song etc at elementary school of Puton village. I was very pleased to help them introduce korean althought it was slightly.
Totality the Hanseo students and teachers are very nice and kind persons. I have funny story about my friend, his name is Fufu, He was volunteer too. He was often absent in the class, absolutely his Korean speaking is so bad, So he often get matter when he want to speak with Hanseo students or teachers. He said to me that“ I have regrets that I was often absent in speaking class, so that is why my Korean speaking is so bad, So I cannot tell my fell to her” after the end of this program. Now, He more active joins Korean class and wishes in the next year he can speak to the Hanseou students when they visit Jogyakarta.
Through CPU joint volunteer with hanseo University program, We can practice our Korean language and learn about their working spirit, and make new friends between Indonesia students and Korean students.
인도네시아에 다시 와!!!^__^
A view month ago my university Gajah Mada university was visited by Hanseo university students of CPU joint volunteer from Hanseo University program, As I knew they will have bongsahwaldong for 8 days in Puton, one of villages in Yogyakarta. I was so happy because this is my second time helped hanseo University volunteer. I was lucky because i could pick up them in airport. In the first immpression, they were very friendly, handsome, beautifull and i got warm gretting from them. Because of their kindness, we were get closer easly.
During that time We worked together, They have had plan to Puton village and we are as UGM’s korean students volunteer helped them to translate or bridge communication among Hanseo student, the local government and their citizen. In the first day, we had a liltle bit trouble, it is caused from language differ and we had not knew each other yet , But, increasingly we could have an conversation and talk about everything, and it was a very wonderful day!!!
When they came to Jogja, I was volounteer who helped them in doing activites during they stayed in Jogja. Although they did not stay for a long time, I got many experiences from this program, the most impressive thing when I helped them is teaching korean language, korean culture, game, song etc at elementary school of Puton village. I was very pleased to help them introduce korean althought it was slightly.
Totality the Hanseo students and teachers are very nice and kind persons. I have funny story about my friend, his name is Fufu, He was volunteer too. He was often absent in the class, absolutely his Korean speaking is so bad, So he often get matter when he want to speak with Hanseo students or teachers. He said to me that“ I have regrets that I was often absent in speaking class, so that is why my Korean speaking is so bad, So I cannot tell my fell to her” after the end of this program. Now, He more active joins Korean class and wishes in the next year he can speak to the Hanseou students when they visit Jogyakarta.
Through CPU joint volunteer with hanseo University program, We can practice our Korean language and learn about their working spirit, and make new friends between Indonesia students and Korean students.
인도네시아에 다시 와!!!^__^
Jumat, 15 Oktober 2010
my Vacation
Jumat, 08 Oktober 2010
SUPER JUNIOR- Angel (하루 OST)
SUPER JUNIOR- Angel (하루 OST)
Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~
너는 너무 눈이 부셔-neoneun neomu nuni busyeo- (kamu begitu menyilaukan)
네가 있어 내 심장이 뛰어- nega isseo nae simjangi ttwieo- (hatiku berdebar karenamu)
오직 너만이 나에겐 no. 1-ojik neomani naegen no. 1- (bagiku hanya kamu yang nomer satu)
널 사랑해-neol saranghae-kucinta kau
조금만 더 너 다가와줘-jogeumman deo neo dagawajwo- (kamu lebih mendekatlah (padaku))
너의 손을 꼭 잡고싶어-neoui soneul kkok japgosipeo- (aku (harus) ingin memegang tanganmu)
이 노래는 only for you-i noraeneun only for you-lagu ini hanya untukmu
영원히 사랑해-yeongwonhi saranghae-selamanya kumencintaimu
I need your love love love
너의 두눈을 보면서 약속해-neoui dununeul bomyeonseo yaksokhae- (aku berjanji sambil menatap matamu)
니 곁에서 너만 사랑하는 맘 지킬게-ni gyeoteseo neoman saranghaneun mam jikilge- (disampingmu akan kujaga perasaan cinta hanya untukmu )
Baby need your love love love
너의 사랑하나로 난 충분해-neoui saranghanaro nan chungbunhae- Cintamu sudah cukup untukku
모든것을 다 잃어도 너만은-modeungeoseul da irheodo neomaneun- (aku kehilangan semuanya pun hanya kamu yang tidak akan pernah hilang(dariku) )
절대 놓치지 않을거야-jeoldae nochiji anheulgeoya (Owoo~)- Tidak akan pernah kehilangan
you are my everything my love (Owoo~)
내겐 너만이 보여 (Owoo~)-naegen neomani boyeo (Owoo~)- (bagiku hanya kamulah yang terlihat)
자꾸 네가 생각나 (Owoo~)-jakku nega saenggangna (Owwo~)-Kuterus memikirkanmu
언제나 나는 웃을수 있어 (Owoo~)-eonjena naneun useulsu isseo (Owoo~)-sampai kapanpun aku bisa tertawa
you are my everything my heart (Owo~)
너는 나에게 있어 (Owo~)-neoneun naege isseo (Owo~)- (kamu ada untukku)
천사보다 더 아름다워 (Owo~)-cheonsaboda deo areumdawo (Owo~)-lebih (kamu lebih cantik daripada malaikat)
너 하나만을 사랑할거야 (Owo~)-neo hanamaneul saranghalgeoya (Owo~)- aku hanya akan mencintaimu seorang
(RAP)
네 생각에 나도 몰래 웃음이(나) 나도 몰래-ne saenggage nado mollae useumi(na) nado mollae- (menurutmu aku mencuri-curi senyuman atau aku juga diam-diam)
난 사랑이란걸 믿지 않았어 너는 마치 마법처럼 내 안에 들어왔어 my boo-
nan sarangirangeol mitji anhasseo neoneun machi mabeopcheoreom nae ane deureowasseo my boo
(aku tidak percaya cinta itu apa, kamu masuk dalam diriku seperti sebuah keajaiban)
이제는 사랑에 빠져버린 바보-ijeneun sarange ppajyeobeorin babo-sekarang aku benar-benar jatuh cinta seperti orang bodoh
전부 너 때문일걸 It's you-jeonbu neo ttaemunilgeol It's you-I fallin' love with you-semuanya ini karena kamu
난 그저 널 바라보겠다고 약속해-nan geujeo neol barabogetdago yaksokhae- (aku berjanji akan melihatmu (saja) )
That I naver let you go
세상이 모두 끝나버린데도-sesangi modu kkeutnabeorindedo (meski dunia berakhir pun aku berjanji sambil menatap kedua matamu )
멈추지 않는 시계처럼 널 사랑하겠다고-meomchuji annneun sigyecheoreom neol saranghagetdago-( bahwa) aku akan mencintaimu seperti waktu yang tidak pernah berhenti)
I need your love love love
너의 두눈을 보면서 약속해- neoui dununeul bomyeonseo yaksokhae –(aku berjanji sambil menatap kedua matamu)
니 곁에서 너만 사랑하는 맘 지킬게-ni gyeoteseo neoman saranghaneun mam jikilge- disampingmu akan kujaga perasaan cinta hanya untukmu
Kembali ke Reff
(RAP)
31. 혹시라도 가끔 우리 사랑이 조금 슬프고 너를 지킬게 my love- hoksirado gakkeum uri sarangi jogeum seulpeugo neoreul jikilge my love (mungkin terkadang cinta kita sedikit menyedihkan tapi aku akan mempertahankanmu)
때론 지치거나 힘들어보일때도 있어 영원히 사랑해-ttaeron jichigeona himdeureoboilttaedo isseo yeongwonhi saranghae- (jika suatu saat (kamu) terlihat berat dan lelah aku akan mencintaimu selamanya)
하지만 절대 내 손 놓치 말아 언제나 널 지켜줄 내가 있어-hajiman jeoldae nae son nochi mara eonjena neol jikyeojul naega isseo- (namun aku tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapanpun aku ada untuk mempertahankanmu)
*kalau terjemahannya salah tolong dicheck ya~~ ^_^고마워용~~
Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~ Owoo~
너는 너무 눈이 부셔-neoneun neomu nuni busyeo- (kamu begitu menyilaukan)
네가 있어 내 심장이 뛰어- nega isseo nae simjangi ttwieo- (hatiku berdebar karenamu)
오직 너만이 나에겐 no. 1-ojik neomani naegen no. 1- (bagiku hanya kamu yang nomer satu)
널 사랑해-neol saranghae-kucinta kau
조금만 더 너 다가와줘-jogeumman deo neo dagawajwo- (kamu lebih mendekatlah (padaku))
너의 손을 꼭 잡고싶어-neoui soneul kkok japgosipeo- (aku (harus) ingin memegang tanganmu)
이 노래는 only for you-i noraeneun only for you-lagu ini hanya untukmu
영원히 사랑해-yeongwonhi saranghae-selamanya kumencintaimu
I need your love love love
너의 두눈을 보면서 약속해-neoui dununeul bomyeonseo yaksokhae- (aku berjanji sambil menatap matamu)
니 곁에서 너만 사랑하는 맘 지킬게-ni gyeoteseo neoman saranghaneun mam jikilge- (disampingmu akan kujaga perasaan cinta hanya untukmu )
Baby need your love love love
너의 사랑하나로 난 충분해-neoui saranghanaro nan chungbunhae- Cintamu sudah cukup untukku
모든것을 다 잃어도 너만은-modeungeoseul da irheodo neomaneun- (aku kehilangan semuanya pun hanya kamu yang tidak akan pernah hilang(dariku) )
절대 놓치지 않을거야-jeoldae nochiji anheulgeoya (Owoo~)- Tidak akan pernah kehilangan
you are my everything my love (Owoo~)
내겐 너만이 보여 (Owoo~)-naegen neomani boyeo (Owoo~)- (bagiku hanya kamulah yang terlihat)
자꾸 네가 생각나 (Owoo~)-jakku nega saenggangna (Owwo~)-Kuterus memikirkanmu
언제나 나는 웃을수 있어 (Owoo~)-eonjena naneun useulsu isseo (Owoo~)-sampai kapanpun aku bisa tertawa
you are my everything my heart (Owo~)
너는 나에게 있어 (Owo~)-neoneun naege isseo (Owo~)- (kamu ada untukku)
천사보다 더 아름다워 (Owo~)-cheonsaboda deo areumdawo (Owo~)-lebih (kamu lebih cantik daripada malaikat)
너 하나만을 사랑할거야 (Owo~)-neo hanamaneul saranghalgeoya (Owo~)- aku hanya akan mencintaimu seorang
(RAP)
네 생각에 나도 몰래 웃음이(나) 나도 몰래-ne saenggage nado mollae useumi(na) nado mollae- (menurutmu aku mencuri-curi senyuman atau aku juga diam-diam)
난 사랑이란걸 믿지 않았어 너는 마치 마법처럼 내 안에 들어왔어 my boo-
nan sarangirangeol mitji anhasseo neoneun machi mabeopcheoreom nae ane deureowasseo my boo
(aku tidak percaya cinta itu apa, kamu masuk dalam diriku seperti sebuah keajaiban)
이제는 사랑에 빠져버린 바보-ijeneun sarange ppajyeobeorin babo-sekarang aku benar-benar jatuh cinta seperti orang bodoh
전부 너 때문일걸 It's you-jeonbu neo ttaemunilgeol It's you-I fallin' love with you-semuanya ini karena kamu
난 그저 널 바라보겠다고 약속해-nan geujeo neol barabogetdago yaksokhae- (aku berjanji akan melihatmu (saja) )
That I naver let you go
세상이 모두 끝나버린데도-sesangi modu kkeutnabeorindedo (meski dunia berakhir pun aku berjanji sambil menatap kedua matamu )
멈추지 않는 시계처럼 널 사랑하겠다고-meomchuji annneun sigyecheoreom neol saranghagetdago-( bahwa) aku akan mencintaimu seperti waktu yang tidak pernah berhenti)
I need your love love love
너의 두눈을 보면서 약속해- neoui dununeul bomyeonseo yaksokhae –(aku berjanji sambil menatap kedua matamu)
니 곁에서 너만 사랑하는 맘 지킬게-ni gyeoteseo neoman saranghaneun mam jikilge- disampingmu akan kujaga perasaan cinta hanya untukmu
Kembali ke Reff
(RAP)
31. 혹시라도 가끔 우리 사랑이 조금 슬프고 너를 지킬게 my love- hoksirado gakkeum uri sarangi jogeum seulpeugo neoreul jikilge my love (mungkin terkadang cinta kita sedikit menyedihkan tapi aku akan mempertahankanmu)
때론 지치거나 힘들어보일때도 있어 영원히 사랑해-ttaeron jichigeona himdeureoboilttaedo isseo yeongwonhi saranghae- (jika suatu saat (kamu) terlihat berat dan lelah aku akan mencintaimu selamanya)
하지만 절대 내 손 놓치 말아 언제나 널 지켜줄 내가 있어-hajiman jeoldae nae son nochi mara eonjena neol jikyeojul naega isseo- (namun aku tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapanpun aku ada untuk mempertahankanmu)
*kalau terjemahannya salah tolong dicheck ya~~ ^_^고마워용~~
Selasa, 03 Agustus 2010
8 days with Hanseo University

Liburan kali ini sangat sangat seeerruuu dan menariiik...gimana nggak, selama liburan ini aku melakukan dua hal yang g bakal pernah kulupakan sepanjang kuliah di jurusan Bahasa Korea, UGM.kkkk...pertama, pada liburan kali ini aku pergi ke Jakarta, Ibu kota negeriku tercinta, Indonesia. Seperti postingan yang udah kutuliskan beberapa bulan yang lalu..dan kedua adalah kali ini aku ikut jadi volunteer membantu mahasiswa dari Hanseo University, Korea untuk menemani mereka selama 8 hari, mereka disini melakukan semacam KKN gitu lah...lalu kami anak-anak jurusan Bahasa Korea yang berminat bertugas membantu menerjemahkan bahasa mereka dengan bahasa penduduk setempat.^^...wah, acaranya seru buaanngggettt....selain memperbaiki percakapan bahasa Korea ku yang masih sangat terbata-bata meski sudah semester 4 aku juga dapet temen-temen baru dari Korea dan juga menambah sahabat baru dari Jurusan bahasa Korea,kkkk....pokoknya gokil deh, meski capek gag nyesel ikut acara ini...kkkkkk...
Semenjak mengikuti kegiatan ini, aku jadi semakin semangat untuk pergi ke Korea pengen belajar disana, main di everland(padahal di Dufan aja udah klenger apalagi disanan yah ***)dan keliling kota Seoul!!!hhhhahahah...........내년 꼭 와!!!trus gara-gara ini juga aku punya genk baru namanya 바보팀, artinya tim bodoh...anggotanya orangnya sedikit kurang pintar...hhhhh...meski begitu terbukti kami paling disukai oleh orang-orang Koreanya karena kami lucu, imut, dan gilaaaa!!!kkkkk...*narsiz* unforgetable moment in my heart!!!<3
Sabtu, 10 Juli 2010
First Time Go to Jakarta!!!!
wah...kalo ngliat dari judulnya..mungkin agak terdengar norak buat teman-teman saya yang notabene suka "ngelokne" diri saya "katrok" karena belum pernah datang ke Jakarta..hahahah...tapi emang kenyataannya begitu,..kemudian pada liburan semester ini saya bertekad kuat untuk dateng ke ibu kota INdonesia ini...dan woooww....first impression..not feel good..better Blitar dah haahhahaaah........
banyak orang yang mengadu nasip di Jakarta membuat kota yang baru saja merayakan ulang tahun ke 483 ini penuh sesak di setiap ujungnya...macet dimana-mana, pengendara motor yang bernyawa sembilan, dan berbagai hal-hal yang seblah mata dikota ini...begitu bisa dibedakan mana yang mampu dan mana yang nggak punya..Jakarta adalah tempatnya orang-orang penting, orang-orang pinter, dan orang-orang yang kurang berhasil melawan kerasnya kehidupan di Jakarta...
kalau untuk memilih pilih tinggal di Jakarta atau di Blitar, saya pasti pilih di Blitar, meskipun tak ada hiburan yang semenarik Ancol, Dufan ataupun Mall- mall yang menyajikan sifat konsumtif namun suasana kota yang nyaman dan bebas dari anak jalanan adalah alasan utama.
ternyata jakarta itu tak seindah yang ada di pikiran saya, yang ingin saya tau dari jakarta kali ini adalah bundaran HI yang biasa buat shooting stasiun tv kesukaan saya, Monas yang menjadi Ikon kota ini, dan Istana merdeka tempat orang-orang penting di negeri ini..hemmm...wewh...
banyak orang yang mengadu nasip di Jakarta membuat kota yang baru saja merayakan ulang tahun ke 483 ini penuh sesak di setiap ujungnya...macet dimana-mana, pengendara motor yang bernyawa sembilan, dan berbagai hal-hal yang seblah mata dikota ini...begitu bisa dibedakan mana yang mampu dan mana yang nggak punya..Jakarta adalah tempatnya orang-orang penting, orang-orang pinter, dan orang-orang yang kurang berhasil melawan kerasnya kehidupan di Jakarta...
kalau untuk memilih pilih tinggal di Jakarta atau di Blitar, saya pasti pilih di Blitar, meskipun tak ada hiburan yang semenarik Ancol, Dufan ataupun Mall- mall yang menyajikan sifat konsumtif namun suasana kota yang nyaman dan bebas dari anak jalanan adalah alasan utama.
ternyata jakarta itu tak seindah yang ada di pikiran saya, yang ingin saya tau dari jakarta kali ini adalah bundaran HI yang biasa buat shooting stasiun tv kesukaan saya, Monas yang menjadi Ikon kota ini, dan Istana merdeka tempat orang-orang penting di negeri ini..hemmm...wewh...
Kamis, 17 Juni 2010
The GodFather..my love and my sunshine..
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..
HIDUP PAPA, AYAH, BAPAK ATAU ABAH
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..
HIDUP PAPA, AYAH, BAPAK ATAU ABAH
Sabtu, 29 Mei 2010
LOVE COMES 'N GOES BUT FRIENDSHIP ALWAYS COME 'N NEVER GOES
FRIENSHIP 4EVER.........

Meski mereka ini kadang menyebalkan, tapi without them jurusan bahasa korea nggak bakal seru...hahahahah....mereka ini yang selalu memberiku senyuman setiap hari, pembelajaraan, saling ketergantungan satu m yang laen maksudnya dalam hal pinjam-pinjaman duit..hahahahaahah..dan yang membuat ultahku ke 20 “SANGAT BERMAKNA”!!!ckckck...^^O^^...senyum yang hampir setiap waktu kami berikan, menjadi penyemangat kami untuk kuliah, meski tak jarang kami berceloteh g penting, g karuan tetep aja kita bahas biar rame,hahahaha.... biarkan orang lain memandang sebelah mata pada kami, karena orang itu tidak tau siapa kami sebenarnya..karena kami adalah ..POWER RANGERS!!!!hhhhhahahahaahah..............kagag nyambung..
kami bukan dari golongan atas, bukan juga golongan bawah, tapi kami golongan semuanya..karena hanya kita yang bisa diterima semuanya...hhahahahaha...mengutip Kata-kata DEJE yang telah dimodifikasi...”WE ARE NOT PERFECT BUT WE LOVE YOU PERFECT”...pemebela kebenaran dn keadilan POWER RANGERSS!!!!hahhhhahaha.......kumat gila’nya


Meski mereka ini kadang menyebalkan, tapi without them jurusan bahasa korea nggak bakal seru...hahahahah....mereka ini yang selalu memberiku senyuman setiap hari, pembelajaraan, saling ketergantungan satu m yang laen maksudnya dalam hal pinjam-pinjaman duit..hahahahaahah..dan yang membuat ultahku ke 20 “SANGAT BERMAKNA”!!!ckckck...^^O^^...senyum yang hampir setiap waktu kami berikan, menjadi penyemangat kami untuk kuliah, meski tak jarang kami berceloteh g penting, g karuan tetep aja kita bahas biar rame,hahahaha.... biarkan orang lain memandang sebelah mata pada kami, karena orang itu tidak tau siapa kami sebenarnya..karena kami adalah ..POWER RANGERS!!!!hhhhhahahahaahah..............kagag nyambung..
kami bukan dari golongan atas, bukan juga golongan bawah, tapi kami golongan semuanya..karena hanya kita yang bisa diterima semuanya...hhahahahaha...mengutip Kata-kata DEJE yang telah dimodifikasi...”WE ARE NOT PERFECT BUT WE LOVE YOU PERFECT”...pemebela kebenaran dn keadilan POWER RANGERSS!!!!hahhhhahaha.......kumat gila’nya


Senin, 24 Mei 2010
Matahari Tidak Pernah Terbenam di Negeri Senja
Cerpen by Seno Gumira
Hidupku penuh dengan kesedihan – karena itu aku selalu mengembara. Aku selalu berangkat, selalu pergi, selalu berada dalam perjalanan, menuju ke suatu tempat entah di mana, namun kesedihanku tidak pernah hilang. Kesedihan, ternyata, memang bukan sesuatu yang bisa ditinggalkan, karena kesedihan berada di dalam diri kita. Aku selalu mengira kalau melakukan perjalanan jauh maka kesedihan itu akan bisa hilang karena tertinggal jauh di belakang, tapi itu tidak pernah terjadi. Ada segaris luka dalam hatiku yang telah mendorong aku pergi jauh dari kampung halamanku dan sampai sekarang belum pernah kembali.
Mungkin aku tidak akan pernah kembali meskipun kesedihanku suatu hari akan hilang. Aku sudah terlanjur tidak pernah merasa punya rumah, dan tidak pernah merasa harus pulang ke mana pun dan aku menyukainya. Barangkali kesedihanku tidak akan pernah hilang tapi sudahlah, aku tidak ingin memanjakan perasaan. Aku sudah selalu membiasakan diriku hidup bersama dengan kesedihan – apa salahnya dengan kesedihan? Apa salahnya dengan duka? Apa salahnya dengan luka? Setelah mengembara bertahun-tahun lamanya aku belajar hidup bersama dengan kesedihan, kesepian, dan keterasingan. Semua itu tidaklah mudah, tapi apalah yang bisa diperbuat oleh seseorang dalam perantauan? Aku ini seorang pengembara, cuma seorang musafir lata yang tiada bersanak dan tiada berkawan, pergi dari satu tempat ke tempat lain tanpa tujuan – sia-sia mencoba menghilangkan kesedihan.
Kemudian, setelah bertahun-tahun melakukan perjalanan, akhirnya aku mempunyai juga tujuan, atau semacam tujuan, setidaknya suatu alasan yang membuat aku terus menerus melakukan perjalanan nyaris tanpa berhenti kecuali untuk mengumpulkan tenaga kembali. Aku selalu pergi, selalu berjalan, karena selalu ingin mengenal sesuatu yang lain, yang belum kukenal, dan betapa banyak keindahan yang terdapat di dunia yang luas terbentang. Aku telah berjalan dari negeri yang satu ke negeri yang lain. Dari kota ke kota, dari kampung ke kampung, keluar masuk hutan, mengarungi wilayah dan mendapat pengalaman. Aku selalu melakukan perjalanan sendirian, dan karena itu aku banyak merenung. Sambil melihat pemandangan yang tidak pernah kusaksikan, aku berpikir tentang kehidupan. Membayangkan bumi terbentang yang dulu tidak dihuni manusia, aku merenungkan makna kebudayaan. Melewati padang salju membeku, padang rumput menghijau, dan pantai-pantai membiru, aku memikirkan manusia dan alam.
Aku telah menyeberangi tujuh lautan, mendaki duapuluh gunung, menjelajahi tiga gurun, dan menyuruk ke perkampungan suku-suku terpencil, namun aku tidak pernah merasa bisa tinggal di suatu tempat agak lebih lama. Di tempat yang paling nyaman, makmur, dan indah pun aku selalu merasa gelisah. Selalu ada cakrawala baru yang ingin kurengkuh, dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia yang lain. Barangkali rumahku adalah perjalanan itu sendiri. Aku senang tidur di bawah pohon di padang terbuka, berselimut jerami di dalam gerobak, terkantuk-kantuk di atas keledai, atau telentang menatap rembulan di dalam sampan yang dibawa arus pelahan. Betapa berumah aku dalam pengembaraan.
Begitulah, suatu ketika dalam perjalananku tibalah aku di Negeri Senja, yang seperti tiba-tiba saja muncul di hadapanku setelah menyeberangi sebuah gurun selama dua minggu. Dari jauh, Negeri Senja cuma bayangan hitam tembok-tembok beku perbentengan yang tua. Benteng semacam itu sudah tidak ada artinya lagi sekarang, apalagi benteng itu pun nyaris merupakan reruntuhan, menjadi warisan sejarah yang tidak terurus. Dari jauh, Negeri Senja hanya tampak sebagai bayangan hitam karena di latar belakangnya tampaklah lempengan bola matahari raksasa yang jingga dan membara itu memenuhi ruang, menyebabkan langit di atas itu semburat jingga dengan tepian mega-mega yang telah menjadi keemasan.
Aku masih jauh dari kota ketika sejumlah orang bersorban mencegat aku di balik bukit pasir.
Seseorang bicara dengan bahasa antarbangsa yang fasih.
“Tuan, apakah Tuan yang selama ini kami tunggu?”
“Pasti bukan, siapakah yang kalian tunggu?”
“Kami menunggu Penunggang Kuda dari Selatan.”
“Siapakah itu?”
“Dia adalah orang yang akan menyelamatkan kami.”
“Menyelamatkan? Dari apa?”
“Dari segalanya.”
Aku perhatikan mereka. Apakah mereka sudah kehilangan akal? Sudah jelas aku menunggang unta, bukan kuda.
“Kalian lihat, aku tidak menunggang kuda.”
“Barangkali saja Tuan mengganti kuda Tuan dengan unta sebelum menyeberangi gurun.”
“Yah, itu memang mungkin, tapi aku bukan Penunggang Kuda dari Selatan, aku datang dari
Timur Jauh.”
“Oh, maafkan kami Tuan, kami sudah bertahun-tahun menanti di sini, dan kami sudah gelisah.
Kami menanyai setiap orang yang datang dari selatan.”
Ketika aku berlalu, kulihat sejumlah orang itu memandang ke selatan kembali. Di mata mereka terpancar harapan, tapi harapan yang sudah memudar. Apakah kiranya yang mereka alami sehingga begitu berharap seperti itu? Menunggu seseorang yang bisa menyelamatkan mereka entah dari apa, sampai bertahun-tahun lamanya, bukanlah peristiwa biasa. Siapa pula Penunggang Kuda dari Selatan yang sangat diharap-harapkan itu? Siapakah orangnya yang begitu perkasa sehingga begitu diharapkan akan pasti bisa menyelamatkan sejumlah orang dari sesuatu yang aku belum tahu apa?
Segalanya serba keemasan ketika aku memasuki kota itu, serba merah keemas-emasan karena siraman cahaya matahari separuh yang bertengger di cakrawala itu. Kulihat cahaya senja seperti jalinan lembut benang-benang emas yang terpancang, dari matahari langsung ke jendela, ke dinding, ke pohon, dan ke daun-daun. Seperti garis-garis, seperti balok-balok, seperti tiang-tiang yang direbahkan. Rasanya baru sekali ini aku melihat cahaya berleret-leret begitu nyata, seolah-olah benda padat yang bisa dipegang. Tapi tentu saja cahaya bukan benda padat dan orang-orang berkerudung, bersorban, dan bersarung melewatinya sehingga cahaya itu seperti riak kolam yang tersibak-sibak. Cahaya itu menjadi terang dan gelap karena orang-orang yang lewat dan karena itu Negeri Senja seperti sebuah kota yang tenggelam dalam lautan cahaya sepenuhnya. Aku hanya seperti sebuah bayang-bayang yang berjalan. Kulihat bayang-bayangku sendiri menunggangi unta di tembok-tembok kota.
Aku berjalan menyusuri kota menunggang seekor unta tua yang telah membawaku menyeberangi gurun bersama rombongan kafilah para pedagang garam. Menoleh ke kiri, menoleh ke kanan, memang hampir segalanya berwarna keemasan. Aku tidak melihat warna biru, aku tidak melihat warna hijau, apalagi warna merah jambu – segalanya adalah warna-warna senja. Warna, cahaya, dan suasana yang hanya ada apabila matahari akan terbenam. Dinding-dinding keemasan, tapi banyak juga ruang yang gelap dan temaram. Lorong-lorong suram dan tenggelam dalam bayangan hitam.
“Mau ke manakah Tuan, mencari penginapan? Marilah saya antar. Saya tahu penginapan yang murah dan menyediakan makan untuk unta Tuan. Marilah saya antar, supaya hari ini ada sepotong roti yang bisa saya makan.”
Aku sudah begitu lelah. Menyeberangi gurun pasir selama dua minggu bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Aku menyerah saja kepada anak kecil yang bicara dengan bahasa antarbangsa terpatah-patah itu. Ia menghela tali untaku menuju ke sebuah penginapan sementara aku menoleh ke kiri dan ke kanan dengan lesu. Angin berpasir yang sudah dua minggu terus menerus menimpaku belum juga hilang sampai di dalam kota ini. Wajahku penuh dengan debu dan begitu juga wajah banyak orang di kota ini. Semua orang seperti memakai bedak tapi jelas itu bukan bedak. Mereka menutupi wajah mereka dengan kain yang juga melindungi rambut mereka dari angin yang berpasir. Jadi di mana-mana aku cuma melihat mata. Itulah mata yang memandang dengan tajam, dengan suram, atau dengan bertanya-tanya. Apalah yang bisa kita katakan dari sebuah pandangan mata?
Kuhirup aroma setanggi yang mengalir dari sebuah jendela. Ketika aku menengok ke jendela itu, muncul wajah seorang wanita yang bercadar. Dari balik cadarnya yang tipis kulihat ia tersenyum. Bibirnya begitu merah tertimpa cahaya, dan ia membawa anglo kecil berisi dupa.
Jadi kini aroma setanggi bercampur aroma dupa, dan aroma itu makin lama makin tajam karena agaknya aroma itu mengalir dari setiap jendela dan pintu. Angin yang berpasir akan selalu membuyarkannya tetapi aroma itu akan selalu mengalir kembali. Aku tenggelam dalam sebuah suasana yang menekan. Orang-orang di jalanan tak banyak berbicara dan di jalanan itu pun kepala mereka lebih sering tertunduk. Kepala-kepala tertunduk itu kadang-kadang terangkat melihatku dan aku hanya akan melihat mata dari kepala-kepala itu. Aku merasa gagal membaca sesuatu dari mata mereka. Apakah kiranya yang mereka baca dari mataku.
Aku pun menundukkan kepalaku supaya tidak tampak terlalu asing karena selalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Apakah cahaya senja yang temaram meski keemas-emasan itu yang membuat suasana tampak menekan? Aku telah mengalami seribu senja di seribu kota dan memang senja selalu memberikan kepada kita perasaan yang rawan, namun agaknya ada sesuatu yang lain di kota ini entah apa, sesuatu yang berat dan menekan.
Sebenarnyalah aku tidak pernah mengenal Negeri Senja sebelumnya. Aku hanya pernah mendengar namanya di sebuah kedai, ketika seorang musafir yang pandai bercerita dalam bahasa yang kukenal dikerumuni para pengunjung. Ia menceritakan suatu hal yang sangat sulit dipercaya, yakni bahwa matahari tidak pernah terbenam di Negeri Senja.
“Bagaimana itu mungkin?”
“Itulah yang juga menjadi pertanyaanku, bagaimana itu mungkin, sedangkan di sini matahari timbul dan tenggelam seperti biasa. Bukankah matahari itu-itu juga yang tampak di setiap negeri di muka bumi? Kalau matahari di Negeri Senja itu memang tersangkut di cakrawala, mestinya di negeri lain keadaannya juga tidak pernah berubah. Tapi ini tidak, hanya di Negeri
Senja matahari tidak pernah terbenam.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Itulah pertanyaanku juga, kenapa bisa begitu?”
Negeri Senja memang tidak terdapat di dalam peta, ia ada tapi tiada – hanya para pengembara yang kebetulan kesasar saja yang mengenalnya, dan mereka pun tidak pernah menganjurkan untuk datang ke sana.
“Tidak ada apa-apa di sana,” katanya, “selain kemiskinan, kejahatan, dan penindasan.”
“Tentang matahari yang tidak pernah terbenam itu?”
“Kenapa?”
“Tidak ada yang tertarik menyelidikinya?”
“Wah, orang-orang Negeri Senja menganggapnya biasa.”
“Biasa?”
“Ya, biasa. Mereka sudah biasa hidup seperti itu.”
“Hidup dengan matahari tidak pernah terbenam?”
“Hidup dengan matahari tidak pernah terbenam.”
“Apakah negeri seperti itu memang benar-benar ada?”
“Para ahli ilmu alam juga tidak percaya. Mereka tidak mau membuang waktu mencari Negeri Senja. Tapi aku pernah ke sana. Percayalah bahwa ceritaku ini bukan karangan.”
Aku juga tidak ingin percaya ketika mendengarnya. Para musafir yang kadang-kadang kujumpai memang ada juga yang suka membual. Namun pada suatu hari ketika sedang duduk beristirahat di bawah sebatang pohon, datanglah kafilah para pedagang garam itu. Mereka mengisi kantung-kantung air yang terbuat dari kulit. Dari jumlahnya tampak akan mengadakan perjalanan jauh.
“Mau ke mana sahib?”
“Mau ke Negeri Senja.”
Kini aku berada di Negeri Senja. Karena lelah dan lesu, aku lupa persoalan matahari tersebut. Nanti, ketika aku terbangun, dan membuka jendela penginapan yang kumal itu., barulah aku akan menyadari, matahari ternyata memang tidak pernah terbenam di Negeri Senja.
“Kita sudah sampai,” kata anak kecil berambut keriting itu. Aku baru sampai di depan penginapan. Maafkan aku, rupanya ceritaku tadi terlalu cepat, meski pemandangan tidak akan pernah berubah. Matahari membara seperti lempengan besi di tungku pembakaran. Matahari itu terbenam separuh, cahayanya membakar langit begitu rupa sehingga langit itu betul-betul membara. Aku menghela nafas. Aku sudah berada di Negeri Senja. Aku membayangkan wajah-wajah yang tidak akan pernah percaya jika aku menceritakannya. Aku tidak tahu apakah kau akan percaya padaku Alina – kurasa aku tidak akan pernah tahu, karena kau tidak pernah berbicara apa-apa kepadaku, hanya mendengarkan dengan mata penuh ingin tahu. Tapi kapankah aku akan pernah bertemu lagi denganmu Alina, jika aku tak pernah tahu apakah akan pernah kembali? Seperti juga aku tak pernah tahu, atau takut untuk tahu, apakah dikau menunggu atau tidak menunggu.
DIarsipkan di bawah: Cerita Pendek | Ditandai: negeri senja, senja
http://sukab.wordpress.com
comment:
Matahari Tidak Pernah Terbenam di Negeri Senja
Oleh Seno Aji
Seperti karya-karya Seno Aji yang lain, cerpen berjudul Matahari Tidak Pernah Terbenam di Negeri Senja ini pun masih juga menyuguhkan imaginasi dan rasa keingintahuan bagi pembacanya. Pembaca mana yang tidak ingin tahu Negeri Senja itu apa, dimana?dan mengapa di Negeri Senja Matahari tidak pernah terbenam. Pilihan kata yang sederhana namun memberikan makna yang membuat cerita tersebut menjadi menarik sehingga pembaca merasa ingin tau dan terus-menerus ingin membaca. Mungkin bagi sebagaian pembaca ada yang berfikir bahwa bahasa yang digunakan Seno Aji terlalu berlebihan dan agak “gila”karena agak tidak masuk akal, namun menurut saya itulah yang menarik.
Masih berhubungan dengan cerpen-cerpen karya Seno yang lain, seperti Senja Untuk Pacarku, Jawaban Alina, Negeri Senja, dan Matahari tidak pernah terbenam di Negeri Senja semua menggunakan keyword “Senja”, dicerpen ini diceritakan bahwa Sukab merantau ke berbagai negara di dunia dan berharap kasedihan dan sakit hatinya akan hilang seiring dengan berjalanannya waktu yang dia lewatkan. Lalu singkat cerita, sampailah dia di Negeri Senja, negeri yang tidak terdapat di peta namun keberadaannya nyata, dan ada sesuatu yang berbeda di Negeri Senja ini yaitu Matahari tidak pernah terbenam disini. Paragraf terakhir dari cerpen ini bisa merupakan jawaban kenapa kesedihan yang dihadapi Sukab, dimana dia bertanya-tanya apakah Alina mempercayai cerita dia tentang Negeri Senja atau tidak, karena Alina tidak pernah berkata apa-apa padanya, hanya mendengarkan dengan rasa ingin tahu, kegelisahan Sukab apa dia bisa bertemu dengan Alina lagi atau tidak, dan yang peling membuatnya takut adalah apakah Alina menunggunya kembali atau tidak.
Hidupku penuh dengan kesedihan – karena itu aku selalu mengembara. Aku selalu berangkat, selalu pergi, selalu berada dalam perjalanan, menuju ke suatu tempat entah di mana, namun kesedihanku tidak pernah hilang. Kesedihan, ternyata, memang bukan sesuatu yang bisa ditinggalkan, karena kesedihan berada di dalam diri kita. Aku selalu mengira kalau melakukan perjalanan jauh maka kesedihan itu akan bisa hilang karena tertinggal jauh di belakang, tapi itu tidak pernah terjadi. Ada segaris luka dalam hatiku yang telah mendorong aku pergi jauh dari kampung halamanku dan sampai sekarang belum pernah kembali.
Mungkin aku tidak akan pernah kembali meskipun kesedihanku suatu hari akan hilang. Aku sudah terlanjur tidak pernah merasa punya rumah, dan tidak pernah merasa harus pulang ke mana pun dan aku menyukainya. Barangkali kesedihanku tidak akan pernah hilang tapi sudahlah, aku tidak ingin memanjakan perasaan. Aku sudah selalu membiasakan diriku hidup bersama dengan kesedihan – apa salahnya dengan kesedihan? Apa salahnya dengan duka? Apa salahnya dengan luka? Setelah mengembara bertahun-tahun lamanya aku belajar hidup bersama dengan kesedihan, kesepian, dan keterasingan. Semua itu tidaklah mudah, tapi apalah yang bisa diperbuat oleh seseorang dalam perantauan? Aku ini seorang pengembara, cuma seorang musafir lata yang tiada bersanak dan tiada berkawan, pergi dari satu tempat ke tempat lain tanpa tujuan – sia-sia mencoba menghilangkan kesedihan.
Kemudian, setelah bertahun-tahun melakukan perjalanan, akhirnya aku mempunyai juga tujuan, atau semacam tujuan, setidaknya suatu alasan yang membuat aku terus menerus melakukan perjalanan nyaris tanpa berhenti kecuali untuk mengumpulkan tenaga kembali. Aku selalu pergi, selalu berjalan, karena selalu ingin mengenal sesuatu yang lain, yang belum kukenal, dan betapa banyak keindahan yang terdapat di dunia yang luas terbentang. Aku telah berjalan dari negeri yang satu ke negeri yang lain. Dari kota ke kota, dari kampung ke kampung, keluar masuk hutan, mengarungi wilayah dan mendapat pengalaman. Aku selalu melakukan perjalanan sendirian, dan karena itu aku banyak merenung. Sambil melihat pemandangan yang tidak pernah kusaksikan, aku berpikir tentang kehidupan. Membayangkan bumi terbentang yang dulu tidak dihuni manusia, aku merenungkan makna kebudayaan. Melewati padang salju membeku, padang rumput menghijau, dan pantai-pantai membiru, aku memikirkan manusia dan alam.
Aku telah menyeberangi tujuh lautan, mendaki duapuluh gunung, menjelajahi tiga gurun, dan menyuruk ke perkampungan suku-suku terpencil, namun aku tidak pernah merasa bisa tinggal di suatu tempat agak lebih lama. Di tempat yang paling nyaman, makmur, dan indah pun aku selalu merasa gelisah. Selalu ada cakrawala baru yang ingin kurengkuh, dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia yang lain. Barangkali rumahku adalah perjalanan itu sendiri. Aku senang tidur di bawah pohon di padang terbuka, berselimut jerami di dalam gerobak, terkantuk-kantuk di atas keledai, atau telentang menatap rembulan di dalam sampan yang dibawa arus pelahan. Betapa berumah aku dalam pengembaraan.
Begitulah, suatu ketika dalam perjalananku tibalah aku di Negeri Senja, yang seperti tiba-tiba saja muncul di hadapanku setelah menyeberangi sebuah gurun selama dua minggu. Dari jauh, Negeri Senja cuma bayangan hitam tembok-tembok beku perbentengan yang tua. Benteng semacam itu sudah tidak ada artinya lagi sekarang, apalagi benteng itu pun nyaris merupakan reruntuhan, menjadi warisan sejarah yang tidak terurus. Dari jauh, Negeri Senja hanya tampak sebagai bayangan hitam karena di latar belakangnya tampaklah lempengan bola matahari raksasa yang jingga dan membara itu memenuhi ruang, menyebabkan langit di atas itu semburat jingga dengan tepian mega-mega yang telah menjadi keemasan.
Aku masih jauh dari kota ketika sejumlah orang bersorban mencegat aku di balik bukit pasir.
Seseorang bicara dengan bahasa antarbangsa yang fasih.
“Tuan, apakah Tuan yang selama ini kami tunggu?”
“Pasti bukan, siapakah yang kalian tunggu?”
“Kami menunggu Penunggang Kuda dari Selatan.”
“Siapakah itu?”
“Dia adalah orang yang akan menyelamatkan kami.”
“Menyelamatkan? Dari apa?”
“Dari segalanya.”
Aku perhatikan mereka. Apakah mereka sudah kehilangan akal? Sudah jelas aku menunggang unta, bukan kuda.
“Kalian lihat, aku tidak menunggang kuda.”
“Barangkali saja Tuan mengganti kuda Tuan dengan unta sebelum menyeberangi gurun.”
“Yah, itu memang mungkin, tapi aku bukan Penunggang Kuda dari Selatan, aku datang dari
Timur Jauh.”
“Oh, maafkan kami Tuan, kami sudah bertahun-tahun menanti di sini, dan kami sudah gelisah.
Kami menanyai setiap orang yang datang dari selatan.”
Ketika aku berlalu, kulihat sejumlah orang itu memandang ke selatan kembali. Di mata mereka terpancar harapan, tapi harapan yang sudah memudar. Apakah kiranya yang mereka alami sehingga begitu berharap seperti itu? Menunggu seseorang yang bisa menyelamatkan mereka entah dari apa, sampai bertahun-tahun lamanya, bukanlah peristiwa biasa. Siapa pula Penunggang Kuda dari Selatan yang sangat diharap-harapkan itu? Siapakah orangnya yang begitu perkasa sehingga begitu diharapkan akan pasti bisa menyelamatkan sejumlah orang dari sesuatu yang aku belum tahu apa?
Segalanya serba keemasan ketika aku memasuki kota itu, serba merah keemas-emasan karena siraman cahaya matahari separuh yang bertengger di cakrawala itu. Kulihat cahaya senja seperti jalinan lembut benang-benang emas yang terpancang, dari matahari langsung ke jendela, ke dinding, ke pohon, dan ke daun-daun. Seperti garis-garis, seperti balok-balok, seperti tiang-tiang yang direbahkan. Rasanya baru sekali ini aku melihat cahaya berleret-leret begitu nyata, seolah-olah benda padat yang bisa dipegang. Tapi tentu saja cahaya bukan benda padat dan orang-orang berkerudung, bersorban, dan bersarung melewatinya sehingga cahaya itu seperti riak kolam yang tersibak-sibak. Cahaya itu menjadi terang dan gelap karena orang-orang yang lewat dan karena itu Negeri Senja seperti sebuah kota yang tenggelam dalam lautan cahaya sepenuhnya. Aku hanya seperti sebuah bayang-bayang yang berjalan. Kulihat bayang-bayangku sendiri menunggangi unta di tembok-tembok kota.
Aku berjalan menyusuri kota menunggang seekor unta tua yang telah membawaku menyeberangi gurun bersama rombongan kafilah para pedagang garam. Menoleh ke kiri, menoleh ke kanan, memang hampir segalanya berwarna keemasan. Aku tidak melihat warna biru, aku tidak melihat warna hijau, apalagi warna merah jambu – segalanya adalah warna-warna senja. Warna, cahaya, dan suasana yang hanya ada apabila matahari akan terbenam. Dinding-dinding keemasan, tapi banyak juga ruang yang gelap dan temaram. Lorong-lorong suram dan tenggelam dalam bayangan hitam.
“Mau ke manakah Tuan, mencari penginapan? Marilah saya antar. Saya tahu penginapan yang murah dan menyediakan makan untuk unta Tuan. Marilah saya antar, supaya hari ini ada sepotong roti yang bisa saya makan.”
Aku sudah begitu lelah. Menyeberangi gurun pasir selama dua minggu bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Aku menyerah saja kepada anak kecil yang bicara dengan bahasa antarbangsa terpatah-patah itu. Ia menghela tali untaku menuju ke sebuah penginapan sementara aku menoleh ke kiri dan ke kanan dengan lesu. Angin berpasir yang sudah dua minggu terus menerus menimpaku belum juga hilang sampai di dalam kota ini. Wajahku penuh dengan debu dan begitu juga wajah banyak orang di kota ini. Semua orang seperti memakai bedak tapi jelas itu bukan bedak. Mereka menutupi wajah mereka dengan kain yang juga melindungi rambut mereka dari angin yang berpasir. Jadi di mana-mana aku cuma melihat mata. Itulah mata yang memandang dengan tajam, dengan suram, atau dengan bertanya-tanya. Apalah yang bisa kita katakan dari sebuah pandangan mata?
Kuhirup aroma setanggi yang mengalir dari sebuah jendela. Ketika aku menengok ke jendela itu, muncul wajah seorang wanita yang bercadar. Dari balik cadarnya yang tipis kulihat ia tersenyum. Bibirnya begitu merah tertimpa cahaya, dan ia membawa anglo kecil berisi dupa.
Jadi kini aroma setanggi bercampur aroma dupa, dan aroma itu makin lama makin tajam karena agaknya aroma itu mengalir dari setiap jendela dan pintu. Angin yang berpasir akan selalu membuyarkannya tetapi aroma itu akan selalu mengalir kembali. Aku tenggelam dalam sebuah suasana yang menekan. Orang-orang di jalanan tak banyak berbicara dan di jalanan itu pun kepala mereka lebih sering tertunduk. Kepala-kepala tertunduk itu kadang-kadang terangkat melihatku dan aku hanya akan melihat mata dari kepala-kepala itu. Aku merasa gagal membaca sesuatu dari mata mereka. Apakah kiranya yang mereka baca dari mataku.
Aku pun menundukkan kepalaku supaya tidak tampak terlalu asing karena selalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Apakah cahaya senja yang temaram meski keemas-emasan itu yang membuat suasana tampak menekan? Aku telah mengalami seribu senja di seribu kota dan memang senja selalu memberikan kepada kita perasaan yang rawan, namun agaknya ada sesuatu yang lain di kota ini entah apa, sesuatu yang berat dan menekan.
Sebenarnyalah aku tidak pernah mengenal Negeri Senja sebelumnya. Aku hanya pernah mendengar namanya di sebuah kedai, ketika seorang musafir yang pandai bercerita dalam bahasa yang kukenal dikerumuni para pengunjung. Ia menceritakan suatu hal yang sangat sulit dipercaya, yakni bahwa matahari tidak pernah terbenam di Negeri Senja.
“Bagaimana itu mungkin?”
“Itulah yang juga menjadi pertanyaanku, bagaimana itu mungkin, sedangkan di sini matahari timbul dan tenggelam seperti biasa. Bukankah matahari itu-itu juga yang tampak di setiap negeri di muka bumi? Kalau matahari di Negeri Senja itu memang tersangkut di cakrawala, mestinya di negeri lain keadaannya juga tidak pernah berubah. Tapi ini tidak, hanya di Negeri
Senja matahari tidak pernah terbenam.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Itulah pertanyaanku juga, kenapa bisa begitu?”
Negeri Senja memang tidak terdapat di dalam peta, ia ada tapi tiada – hanya para pengembara yang kebetulan kesasar saja yang mengenalnya, dan mereka pun tidak pernah menganjurkan untuk datang ke sana.
“Tidak ada apa-apa di sana,” katanya, “selain kemiskinan, kejahatan, dan penindasan.”
“Tentang matahari yang tidak pernah terbenam itu?”
“Kenapa?”
“Tidak ada yang tertarik menyelidikinya?”
“Wah, orang-orang Negeri Senja menganggapnya biasa.”
“Biasa?”
“Ya, biasa. Mereka sudah biasa hidup seperti itu.”
“Hidup dengan matahari tidak pernah terbenam?”
“Hidup dengan matahari tidak pernah terbenam.”
“Apakah negeri seperti itu memang benar-benar ada?”
“Para ahli ilmu alam juga tidak percaya. Mereka tidak mau membuang waktu mencari Negeri Senja. Tapi aku pernah ke sana. Percayalah bahwa ceritaku ini bukan karangan.”
Aku juga tidak ingin percaya ketika mendengarnya. Para musafir yang kadang-kadang kujumpai memang ada juga yang suka membual. Namun pada suatu hari ketika sedang duduk beristirahat di bawah sebatang pohon, datanglah kafilah para pedagang garam itu. Mereka mengisi kantung-kantung air yang terbuat dari kulit. Dari jumlahnya tampak akan mengadakan perjalanan jauh.
“Mau ke mana sahib?”
“Mau ke Negeri Senja.”
Kini aku berada di Negeri Senja. Karena lelah dan lesu, aku lupa persoalan matahari tersebut. Nanti, ketika aku terbangun, dan membuka jendela penginapan yang kumal itu., barulah aku akan menyadari, matahari ternyata memang tidak pernah terbenam di Negeri Senja.
“Kita sudah sampai,” kata anak kecil berambut keriting itu. Aku baru sampai di depan penginapan. Maafkan aku, rupanya ceritaku tadi terlalu cepat, meski pemandangan tidak akan pernah berubah. Matahari membara seperti lempengan besi di tungku pembakaran. Matahari itu terbenam separuh, cahayanya membakar langit begitu rupa sehingga langit itu betul-betul membara. Aku menghela nafas. Aku sudah berada di Negeri Senja. Aku membayangkan wajah-wajah yang tidak akan pernah percaya jika aku menceritakannya. Aku tidak tahu apakah kau akan percaya padaku Alina – kurasa aku tidak akan pernah tahu, karena kau tidak pernah berbicara apa-apa kepadaku, hanya mendengarkan dengan mata penuh ingin tahu. Tapi kapankah aku akan pernah bertemu lagi denganmu Alina, jika aku tak pernah tahu apakah akan pernah kembali? Seperti juga aku tak pernah tahu, atau takut untuk tahu, apakah dikau menunggu atau tidak menunggu.
DIarsipkan di bawah: Cerita Pendek | Ditandai: negeri senja, senja
http://sukab.wordpress.com
comment:
Matahari Tidak Pernah Terbenam di Negeri Senja
Oleh Seno Aji
Seperti karya-karya Seno Aji yang lain, cerpen berjudul Matahari Tidak Pernah Terbenam di Negeri Senja ini pun masih juga menyuguhkan imaginasi dan rasa keingintahuan bagi pembacanya. Pembaca mana yang tidak ingin tahu Negeri Senja itu apa, dimana?dan mengapa di Negeri Senja Matahari tidak pernah terbenam. Pilihan kata yang sederhana namun memberikan makna yang membuat cerita tersebut menjadi menarik sehingga pembaca merasa ingin tau dan terus-menerus ingin membaca. Mungkin bagi sebagaian pembaca ada yang berfikir bahwa bahasa yang digunakan Seno Aji terlalu berlebihan dan agak “gila”karena agak tidak masuk akal, namun menurut saya itulah yang menarik.
Masih berhubungan dengan cerpen-cerpen karya Seno yang lain, seperti Senja Untuk Pacarku, Jawaban Alina, Negeri Senja, dan Matahari tidak pernah terbenam di Negeri Senja semua menggunakan keyword “Senja”, dicerpen ini diceritakan bahwa Sukab merantau ke berbagai negara di dunia dan berharap kasedihan dan sakit hatinya akan hilang seiring dengan berjalanannya waktu yang dia lewatkan. Lalu singkat cerita, sampailah dia di Negeri Senja, negeri yang tidak terdapat di peta namun keberadaannya nyata, dan ada sesuatu yang berbeda di Negeri Senja ini yaitu Matahari tidak pernah terbenam disini. Paragraf terakhir dari cerpen ini bisa merupakan jawaban kenapa kesedihan yang dihadapi Sukab, dimana dia bertanya-tanya apakah Alina mempercayai cerita dia tentang Negeri Senja atau tidak, karena Alina tidak pernah berkata apa-apa padanya, hanya mendengarkan dengan rasa ingin tahu, kegelisahan Sukab apa dia bisa bertemu dengan Alina lagi atau tidak, dan yang peling membuatnya takut adalah apakah Alina menunggunya kembali atau tidak.
Sepotong Senja Untuk Pacarku
Seno Gumira Adjidarma
Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?
Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.
Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.
Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.
Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.
Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.
Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
“barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.
Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.
Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.
Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.
“Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!”
Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.
“Catat nomernya! Catat nomernya!”
Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.
Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.
“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”
Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.
Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.
“Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…”
Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.
Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.
Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.
Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.
“Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman.
Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.
“Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.”
Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.
Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.
Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.
Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.
“semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?”
Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja….
Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.
Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.
Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh…
Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos.
Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.
Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.
Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.
Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.
–Cerpen Pililihan Kompas 1993
http://sukab.wordpress.com
cerpen yang selalu membuatku penasaran akan senja itu seperti apa, meski aku sudah baca berkali-kali tetap aja tak mengerti apa itu senja...hem, Seno memang ahli dalam bermain kata-kata, sederhana,tapi...sangaaaattt bermakna..kapan ya diriku bisa menghasilkan karya yang seperti itu..hwkakakakk...
Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?
Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.
Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.
Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.
Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.
Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.
Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
“barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.
Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.
Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.
Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.
“Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!”
Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.
“Catat nomernya! Catat nomernya!”
Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.
Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.
“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”
Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.
Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.
“Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…”
Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.
Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.
Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.
Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.
“Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman.
Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.
“Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.”
Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.
Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.
Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.
Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.
“semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?”
Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja….
Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.
Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.
Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh…
Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos.
Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.
Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.
Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.
Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.
–Cerpen Pililihan Kompas 1993
http://sukab.wordpress.com
cerpen yang selalu membuatku penasaran akan senja itu seperti apa, meski aku sudah baca berkali-kali tetap aja tak mengerti apa itu senja...hem, Seno memang ahli dalam bermain kata-kata, sederhana,tapi...sangaaaattt bermakna..kapan ya diriku bisa menghasilkan karya yang seperti itu..hwkakakakk...
Resency pilem Percy Jackson...

Resensi : Percy Jackson and the Olympians: The Lightning Thief
Setelah sukses memvisualisasikan seri novel Harry Potter, Chris Colombus kembali mencoba memfilmkan seri novel Percy Jackson, namun sayang film ini tidak sesukses film Harry Potter. Saya tertarik untuk menonton film ini semata-mata karena ingin tau sejarah Yunani yang menjadi latar cerita Percy Jackson namun dikemas dengan modern. Percy Jackson (Logan Lerman) diceritakan sebagai seorang mahasiswa Yancy Academy, memiliki penyakit disleksia, memiliki kemampuan untuk membaca tulisan Yunani. Kemampuan Percy itu berhubungan dengan jati diri ayahnya yang selama ini sudah meninggalkan dia dan ibunya. Ternyata, Percy seorang halfblood, dia merupakan keturunan dari Poseidon (Kevin McKidd) si dewa laut yang memiliki hubungan dengan manusia bernama Sally Jackson (Chatherine Keener) ibu Percy Jackson. Percy punya sahabat bernama Grover (Brandon T Jackson)si manusia kambing, yang nantinya akan membawa dia kedalam petualangan cerita dewa-dewa Yunani. Awal cerita film ini bermula dari Zeuz (Sean Bean) sang dewa Petir yang tiba-tiba menuduh Percy anak Poseidon yang mencuri petirnya dan harus dikembalikan selama sepuluh hari kalau tidak maka akan terjadi peperangan besar. Banyak yang menginginkan petir itu, salah satunya Hades (Steve Coogen). Dia mengirimkan monster-monster untuk menyerang Percy di dunia manusia, dan menyandra ibunya agar Percy memberikan petir itu padanya. Percy yang tidak tau apa-apa dibantu oleh Grover dan dosennya, Mr Brunner menuju sebuah camp perkumpulan para halfblood dan mempersiapkan peperangan. Di camp tersebut dia berkawan dengan Annabeth (Alexandra Dadario) anak dewi Athena. Percy dibantu dengan Grover dan Annabeth berpetualang untuk menyelamatkan ibu Percy, tantangan yang mereka hadapi cukup sulit, ada Medusa (Uma Thurman), Hydra, dan Lotus Flower yang diumpamakan sebagai Casino mewah. Bagian paling menarik saat mereka melawan Medusa, dengan tingkah kocak Grover membuat film ini menjadi tidak tegang, santai sehingga film ini cocok ditonton sebagai hiburan yang fun enjoyable, pemeran Percy yang menurut saya ganteng bisa memberikan nilai positif untuk film ini. Namun, jika dilihat dari segi cerita masih sangat kurang, kesan datar-datar saja dan menimbulkan banyak pertanyaan bagi penonton menjadi nilai kurang pada film ini. Saat menonton film ini, saya bertanya-tanya mengapa tiba-tiba Zeus menuduh Percy yang mencuri petirnya, dan saya berharap diakhir film bisa menemukan jawaban, dan ternyata pertanyaan saya belum terjawab.
10/05/2010
Nge-Resensi Resensi Percy Jackson

Selasa, 09 Maret 2010
Percy Jackson and the Olympians: The Lightning Thief (2010)
Nilai: C+
Sutradara: Chris Columbus
Chris Columbus kali ini gagal untuk memulai seri adaptasi novel seperti yang ia lakukan pada Harry Potter. Saya pribadi belum pernah membaca novel Percy Jackson. Tetapi Saya memang tidak suka dengan plot film ini walaupun temanya memang menarik dan Saya merasakan bahwa ini adalah sebuah feel-good film. Nampaknya dewa laut Poseidon (Kevin McKidd) kembali melakukan poligami dengan manusia bernama Sally Jackson (Catherine Keener) sehingga menghasilkan manusia setengah dewa baru bernama Percy Jackson (Logan Lerman)-berbeda dengan Perseus walaupun akan ada banyak kemiripan diantara mereka. Ceritanya gampangan seperti ini ini: Percy dituduh telah mencuri petir milik Zeus (Sean Bean) dan diancam untuk mengembalikannya dalam 10 hari, di sisi lain, Hades (Steve Coogan) menginginkan petir itu dari Percy dengan cara menyandera sang ibu. Ditemani oleh anak Athena, Annabeth (Alexandra Daddario) dan manusia kambing, Grover (Brandon T. Jackson), Percy harus berhadapan dengan monster-monster yunani untuk melewati jalan tol menuju neraka. Ada banyak hal lucu di sini, mulai dari Medusa (Uma Thurman)-itu adalah bagian paling menarik dalam film ini, sequence di vegas yang diiringi lagu Lady Gaga, Hades yang diperankan Steve Coogan berpenampilan gaul dan (tanpa bermaksud rasis) dewa-dewa yunani tiba-tiba banyak yang menjadi negro. Filmnya memang fun dan enjoyable, cocok dicoba untuk mengisi waktu luang, tetapi filmnya tetap kurang berkenan karena dangkalnya cerita. Bahkan anak kecil pun tetap ingin tahu alasan yang logis mengapa Zeus awalnya menuduh Percy. Maaf untuk terlalu menganggap serius film ini. Saya pribadi merasa kalau cerita filmnya sudah mulai diputar-putar di area yang tidak masuk akal. (9 maret 2010).
Diposkan oleh Erdiawan Putra di 08:53
Komentar :
- Erdiawan Putra menuliskan sisi positif dan sisi negatif dari film Percy Jackson meskipun lebih banyak sisi negatif yang dituliskan. Saya setuju dengan pendapat Erdiawan (bagian yang berwarna biru). Film ini memang hanya menarik sebagai pengisi waktu luang, hanya karena pemeran Percy (Logan Lerman)nya yang ganteng. Dari sisi cerita pun demikian, dari awal film Percy tiba-tiba telah memiliki kekuatan untuk melawan fury (monster), bagaimana dia bisa dituduh mencuri petir Zeus padahal tahu sesuatu tentangnya pun tidak., kemudian teman dan gurunya yang ternyata seorang halfblood juga. Adegan seru di film ini saat Percy, Annabeth (anak Athena) dan Grover mencari mutiara biru untuk menuju tempat Hades, mereka melawan Medusa, Hydra dan “Lotus Flower”, dan yang paling seru memang ketika mereka melawan Medusa.
- Saat menonton film ini pun, saya merasa ingin tau jawaban-jawaban itu, dan sampai akhir film pun saya hanya bisa bilang “yah...kok cuma gini sih filmnya”..ada rasa tidak puas karena jawaban-jawabannya masih menggantung.
01/05/2010
“LEGIAN”di Kota Gudeg
Malioboro hanyalah nama sebuah Jalan di Jogja, namun namanya telah terkenal hingga mancanegara. Wiasatawan asing maupun domestik yang datang ke Jogja tak akan lengkap jika belum berkunjung ke Malioboro.
Letaknya yang berada di jantung kota Jogja membuat Malioboro tak pernah sepi dari pengunjung domestik maupun luar. Sebagai tempat tujuan wisata, Malioboro adalah surga belanja bagi para wisatawan yang hendak menghabiskan waktunya di Yogyakarta. Tempat yang menurut cerita berada satu garis lurus dengan Gunung Merapi, Tugu Jogja, Keraton dan Pantai Parangtritis ini menyajikan berbagai hiburan dan kesenangan untuk para wisatwan. Berjejernya kios-kios baju dan kerajinan khas kota Jogja dengan harga murah turut melengkapi keramaian di Malioboro. Tak hanya itu, wisatawan yang ingin bermalam tak perlu khawatir kesulitan mencari penginapan yang murah, karena ditempat ini telah tersedia pula penginapan dari harga mulai lima puluh ribuan sampai hotel bintang lima.
Mudahnya akses transportasi dan harga barang dagangan yang murah menjadi salah satu kelebihan Malioboro. Semua barang yang dijual di sepanjang Jalan Malioboro bisa ditawar dengan harga terjangkau. Transportasi umum seperti bus kota, taksi dan kereta api juga tersedia untuk melengkapi kemudahan mengakses malioboro. Transportasi tradisional seperti dokar dan becak pun tak mau ketinggalan, hanya dengan tiga ribu sampai lima ribu rupiah kita bisa berjalan-jalan keliling Malioboro dan Keraton dengan naik becak.
Sisi tradisional dan modern berjalan berdampingan di tempat yang disebut juga sebagai “Legian”nya Jogja ini. Hadirnya Beberapa pusat perbelanjaan modern seperti Malioboro Mall dan Ramai Mall tidak mengurangi sisi tradisional dari Malioboro. Pasar Beringharjo, benteng Vredebug, Istana Presiden, masih tetap menjadi minat wisatawan untuk berkunjung. Bahkan seringkali acara-acara modern diadakan di tempat-tempat tradisional tersebut.
Dari semua kenyamanan yang menjadikan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Malioboro, masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Trotoar yang berubah fungsi menjadi lahan parkir sedikit membuat ketidaknyamanan bagi pejalan kaki. Jalana utama yang sempit sementara arus kendaraan yang banyak tak jarang membuat sedikit kemacetan. Namun, masalah-masalah tersebut tak menyurutkan minat wisatawan yang berkunjung ke Malioboro.
01/05/2010
Letaknya yang berada di jantung kota Jogja membuat Malioboro tak pernah sepi dari pengunjung domestik maupun luar. Sebagai tempat tujuan wisata, Malioboro adalah surga belanja bagi para wisatawan yang hendak menghabiskan waktunya di Yogyakarta. Tempat yang menurut cerita berada satu garis lurus dengan Gunung Merapi, Tugu Jogja, Keraton dan Pantai Parangtritis ini menyajikan berbagai hiburan dan kesenangan untuk para wisatwan. Berjejernya kios-kios baju dan kerajinan khas kota Jogja dengan harga murah turut melengkapi keramaian di Malioboro. Tak hanya itu, wisatawan yang ingin bermalam tak perlu khawatir kesulitan mencari penginapan yang murah, karena ditempat ini telah tersedia pula penginapan dari harga mulai lima puluh ribuan sampai hotel bintang lima.
Mudahnya akses transportasi dan harga barang dagangan yang murah menjadi salah satu kelebihan Malioboro. Semua barang yang dijual di sepanjang Jalan Malioboro bisa ditawar dengan harga terjangkau. Transportasi umum seperti bus kota, taksi dan kereta api juga tersedia untuk melengkapi kemudahan mengakses malioboro. Transportasi tradisional seperti dokar dan becak pun tak mau ketinggalan, hanya dengan tiga ribu sampai lima ribu rupiah kita bisa berjalan-jalan keliling Malioboro dan Keraton dengan naik becak.
Sisi tradisional dan modern berjalan berdampingan di tempat yang disebut juga sebagai “Legian”nya Jogja ini. Hadirnya Beberapa pusat perbelanjaan modern seperti Malioboro Mall dan Ramai Mall tidak mengurangi sisi tradisional dari Malioboro. Pasar Beringharjo, benteng Vredebug, Istana Presiden, masih tetap menjadi minat wisatawan untuk berkunjung. Bahkan seringkali acara-acara modern diadakan di tempat-tempat tradisional tersebut.
Dari semua kenyamanan yang menjadikan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Malioboro, masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Trotoar yang berubah fungsi menjadi lahan parkir sedikit membuat ketidaknyamanan bagi pejalan kaki. Jalana utama yang sempit sementara arus kendaraan yang banyak tak jarang membuat sedikit kemacetan. Namun, masalah-masalah tersebut tak menyurutkan minat wisatawan yang berkunjung ke Malioboro.
01/05/2010
Mengais Rezeki Ditengah Polusi
Gunanto, sosok paruh baya ini terbilang cukup menarik jika dibandingkan dengan sopir-sopir kopata yang lain, penampilannya rapi, memakai celana jeans warna coklat dengan atasan kaos warna merah bergambar babi, ikat pinggang hitam, dan tak ketinggalan juga topi putih bertulisan Ardelas yang ia pakai untuk menutupi kepalanya yang sedikit botak. Laki-laki yang berumur 37 tahun ini telah bersahabat dengan bis kopata sejak tahun 2002, semula berawal dari pekerjaan sebelumnya yang dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga kemudian memutuskan untuk ikut dengan bis kopata. “dulu saya serabutan, trus kenal sama teman-teman yang kerja di terminal dan akhirnya diajakin gabung”, aku Gunanto sambil terus memacu busnya ke arah Malioboro.
Bus Jalur 4 yang bertrayek Kampus UGM-Malioboro-Giwangan-Kampus UGM telah menjadi tempat mengais rezeki bagi keluarga Gunanto selama hampir 3 tahun, setiap pagi sekitar pukul 06.30 WIB bus beroperasi hingga pukul 19.00 WIB. Hari libur seperti hari ini (Minggu, -Red)membuat bis kopata putihnya dipenuhi oleh penumpang yang ingin pergi ke Malioboro atau ke terminal Giwangan. Keadaan seperti inilah yang menjadi kesenangan dari seorang supir bus karena penghasilan akan bertambah. Jika penumpang sedang ramai, dalam sehari Gunanto bisa mendapatkan uang Rp.500.000,-, namun itu belum dipotong solar sekitar Rp.180.000,-sampai Rp.200.00,-, untuk setor kepada pemilik bus Rp.110.000,-sampai Rp.120.000,-, dan sisanya dibagi dengan kenek. Jadi, dalam sehari Gunanto hanya mendapatkan uang sekitar Rp.100.000,-, kalau penumpang sepi ia hanya membawa pulang sekitar Rp.50.000,-.
Kesetiaan dan tanggung jawab terhadap keluarga telah membuat Gunanto tetap bertahan menjadi sopir bus meski penghasilannya juga pas-pasan. Suka duka menjadi sopir bus telah dirasakan Gunanto, pernah suatu hari tak dapat setoran, tak dapat bayaran, lalu pulang ke Klaten dengan tangan hampa. Meski begitu, semangat untuk tetap mencari nafkah dan menyekolahkan anak tak pernah pupus meski terkadang muncul keinginan untuk mencari pekerjaan lain. Susahnya mencari lapangan kerja dan alasan harus belajar lagi jika ingin mencari kerja baru membuat ia terpaksa menekuni profesinya saat ini.” Rejeki itu beda-beda, walau hasilnya sedikit jika ditlateni yang sudah ada pasti hasilnya akan baik”, terangnya bersemangat.
Sudah menjadi hal biasa sopir angkutan umum kebut-kebutan, Gunanto pun demikian tetapi hanya pada jam-jam tertentu, misal pagi dan siang hari sedangakan saat sore tidak karena banyak armada bus yang sudah berhenti beroperasi. Selain itu, antar sopir bus ternyata memiliki aturan sendiri, jika ada bus yang muncul di belakang maka bus yang depan harus cepat jalan, ini bertujuan untuk meratakan penumpang.“kalau nggak ngebut malah dimusuhi temen-temen, kan sudah diberi waktu sendiri untuk berhenti dan tidaknya. Jadi kalau ada bus dibelakang yang depan harus cepet-cepet”, jelasnya. Gunanto termasuk sopir yang ramah kepada penumpang, ia berbicara dengan penumpang yang lebih tua atau lebih muda dengan menggunakan bahasa Jawa yang halus termasuk kepada saya.
Banyak yang kita bisa pelajari dari seorang Gunanto, semangat, tanggung jawab, dan kesetiaannya terhadap pekerjaan. Semangat, berangkat subuh dari Klaten dan pulang magrib, melawan dinginnya udara pagi di Klaten, panasnya udara Jogja di siang hari hingga tak membawa pulang uang sama sekali, semua tetap ia lakukan karena rasa tanggungga jawab terhadap keluarga dan kesetiaannya terhadap pekerjaan, dan yang lebih penting adalah belajar bersyukur terhadap apa yang kita punya. “kalau rejeki lagi banyak ya disyukuri saja, nginget kalo lagi nggak dapat setoran sama sekali”, pungkasnya.
14/03/2010
Bus Jalur 4 yang bertrayek Kampus UGM-Malioboro-Giwangan-Kampus UGM telah menjadi tempat mengais rezeki bagi keluarga Gunanto selama hampir 3 tahun, setiap pagi sekitar pukul 06.30 WIB bus beroperasi hingga pukul 19.00 WIB. Hari libur seperti hari ini (Minggu, -Red)membuat bis kopata putihnya dipenuhi oleh penumpang yang ingin pergi ke Malioboro atau ke terminal Giwangan. Keadaan seperti inilah yang menjadi kesenangan dari seorang supir bus karena penghasilan akan bertambah. Jika penumpang sedang ramai, dalam sehari Gunanto bisa mendapatkan uang Rp.500.000,-, namun itu belum dipotong solar sekitar Rp.180.000,-sampai Rp.200.00,-, untuk setor kepada pemilik bus Rp.110.000,-sampai Rp.120.000,-, dan sisanya dibagi dengan kenek. Jadi, dalam sehari Gunanto hanya mendapatkan uang sekitar Rp.100.000,-, kalau penumpang sepi ia hanya membawa pulang sekitar Rp.50.000,-.
Kesetiaan dan tanggung jawab terhadap keluarga telah membuat Gunanto tetap bertahan menjadi sopir bus meski penghasilannya juga pas-pasan. Suka duka menjadi sopir bus telah dirasakan Gunanto, pernah suatu hari tak dapat setoran, tak dapat bayaran, lalu pulang ke Klaten dengan tangan hampa. Meski begitu, semangat untuk tetap mencari nafkah dan menyekolahkan anak tak pernah pupus meski terkadang muncul keinginan untuk mencari pekerjaan lain. Susahnya mencari lapangan kerja dan alasan harus belajar lagi jika ingin mencari kerja baru membuat ia terpaksa menekuni profesinya saat ini.” Rejeki itu beda-beda, walau hasilnya sedikit jika ditlateni yang sudah ada pasti hasilnya akan baik”, terangnya bersemangat.
Sudah menjadi hal biasa sopir angkutan umum kebut-kebutan, Gunanto pun demikian tetapi hanya pada jam-jam tertentu, misal pagi dan siang hari sedangakan saat sore tidak karena banyak armada bus yang sudah berhenti beroperasi. Selain itu, antar sopir bus ternyata memiliki aturan sendiri, jika ada bus yang muncul di belakang maka bus yang depan harus cepat jalan, ini bertujuan untuk meratakan penumpang.“kalau nggak ngebut malah dimusuhi temen-temen, kan sudah diberi waktu sendiri untuk berhenti dan tidaknya. Jadi kalau ada bus dibelakang yang depan harus cepet-cepet”, jelasnya. Gunanto termasuk sopir yang ramah kepada penumpang, ia berbicara dengan penumpang yang lebih tua atau lebih muda dengan menggunakan bahasa Jawa yang halus termasuk kepada saya.
Banyak yang kita bisa pelajari dari seorang Gunanto, semangat, tanggung jawab, dan kesetiaannya terhadap pekerjaan. Semangat, berangkat subuh dari Klaten dan pulang magrib, melawan dinginnya udara pagi di Klaten, panasnya udara Jogja di siang hari hingga tak membawa pulang uang sama sekali, semua tetap ia lakukan karena rasa tanggungga jawab terhadap keluarga dan kesetiaannya terhadap pekerjaan, dan yang lebih penting adalah belajar bersyukur terhadap apa yang kita punya. “kalau rejeki lagi banyak ya disyukuri saja, nginget kalo lagi nggak dapat setoran sama sekali”, pungkasnya.
14/03/2010
BELOK KIRI JALAN TERUS???
Sabtu lalu saya menemani seorang kawan yang baru datang dari Surabaya untuk berjalan-jalan keliling kota Jogja. Kebetulan saya mendapat pinjaman motor, jadi kami bisa berkeliling kota Jogja seharian. Sengaja saya memacu motor ke arah Malioboro karena tempat ini tempat paling terkenal di Jogja. Sebenarnya jarak Malioboro dari UGM tidak terlalu jauh, tetapi karena cuaca sangat panas dan jalanan mulai macet membuat jarak itu terasa jauh. Disinilah kesabaran saya diuji. Betapa tidak, cuaca panas dan jalanan macet membuat pengendara semakin gerah, tak sabar ingin segera sampai tujuan, bahkan sebagian dari pengendara sampai melanggar lalu lintas. Sampai di perempatan lampu merah jalan Abu bakar Ali menuju Malioboro jalanan sudah sesak dipenuhi kendaraan yang ingin menuju malioboro. Saya pun menjadi terhenti karena jalan untuk belok kiri juga macet. Puncak kesabaran saya benar-benar diuji ketika seorang pengendara motor mengklakson saya agar segera jalan, padahal semua orang disitu mungkin sudah tau kalau jalan sedang macet. Hanya menunggu lampu merah yang tak sampai satu jam orang-orang sudah berisik membunyikan klakson. Saya heran, mengapa mereka tak sabar menunggu hal sepele yang apabila dilanggar justru bisa berbahaya. Padahal kesabaran adalah hal paling penting saat kita berkendara. Tetapi ada pemandangan menarik disitu, tiba-tiba ada seorang pengendara motor dari arah Abu Bakar Ali belok kiri menuju jalan Mataram, lalu berputar lagi dan belok kiri menuju Malioboro. Wow..saya langsung berpikir “kreatif sekali pengendara itu”. Tanpa berhenti dilampu merah pengendara motor bisa jalan terus ke Malioboro. Tak hanya itu saja, diperempatan sagan hal tersebut juga terulang. Pengendara motor dari arah UGM yang ingin ke arah Galeria tak perlu berhenti di lampu merah, begitu juga sebaliknya. Saya jadi teringat ada peraturan lalu lintas yang menyebutkan “belok kiri jalan terus”. Mungkin saja para pengendara itu telah memplesetkannya menjadi “kalo ingin jalan terus belok kiri saja”.
23/02/2010
23/02/2010
Senin, 17 Mei 2010
Moment to Remember....
Tak ada yang harus disesalkan bila semuanya tlah terjadi....
Kudengar dari seorang kawan....
Dia tlah jatuh cinta pada seorang yang tak dikenalnya...
Kudengar dari seorang kawan...
Apa kita mungkin bersatu?..tak ada antara kita...
Kudengar dari seorang kawan...
Bila kita yakin,.semua pasti mungkin...
Kudengar dari seorang kawan...
Lalu, bagaimana pendapatmu????..
Dan kujawab...
Tak ada yang tak mungkin didunia ini, kemudian kawanku pun tersenyum..^_^
Untuk Risa..
Akhir Februari, 2006..
Tuhan, malam ini aku belajar untuk teman. Aku mencoba berbuat baik untuk teman. Mungkin dengan seperti ini aku bisa berarti untuk orang lain.
Tuhan, malam ini aku belajar untuk teman. Aku melakukan dengan ketulusan hatiku. Dari sini kuberharap, aku bisa temukan sahabat.
Tuhan, tadi pagi kebencian muncul lagi. Apa yang harus kulakukan?aku tak ingin hal itu mendarah daging ditubuhku dan membuatku merasa berdosa.
Tuhan, aku merasa tak dihargai orang lain. Mungkin beginilah rasanya. Aku tau aku tak pernah menghargai orang lain.
Tuhan, aku merasa I’m the best. Apa itu salah?tak jarang aku terlalu sombong dengan itu. Apa itu salah?
Tuhan, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku seperti mereka? Tolong aku Tuhan...
Malam terkhir bulan Februari, 2006
Bintang terakhir bersinar dilangit Februari. Waktu berlalu begitu cepat. Aku belum juga bangun dari tidur panjangku. Aku masih membutuhkan tetesan air hujan, aku masih butuh senyuman mentari pagi, Tapi, aku belum juga bangun dari tidur panjangku. Huh..kapan aku bisa lepaskan semua ini...
Kamis, 11 Mei 2006
Dee...bintang malam hari ini bersinar sangat terang. Bintang yang paling terang..ada disebelah sana..di timur mendekati sang Bulan. Tapi malam ini bintang kelihatan sedih..Matahari terlalu sulit untuk diraih..aku melihat bintang mencoba meraih matahari..kenapa matahari pergi?..apa belum takdir?.matahari... kenapa hadirmu hanya untuk bumi? Matahari..mengapa kau seperti membenci bintang. Walaupun tadi ada noda diwajahmu, tapi bintang selalu menghawatirkanmu..
Besok aku ultah, aku ingin dapet sesuatu yang aku inginkan, deary baru dan tulisan happy bhirtday...malam ini malam terakhir usiaku ke 15 dan besok aku sudah 16 tahun. Kalau Tuhan mengijinkan...
12 Juni 2006
Hidupku seperti embun pagi, sebentar lagi matahari memanggilku, menemaniku dan menjemputku. Ini adalah detik terakhir, mungkin aku akan cepat pergi melupakannya, meninggalkan kenangan yang kuukir disini. Kebohonganku, keegoisanku, dan juga kesombonganku akan hilang..menguap bersama bias-bias cahaya mentari. Saat malam tiba embun datang bersamaku, lahir sebagai sosok yang suci...dalam perjalanannya menjemput matahari akan ada kebohongan, keegoisan, dan kesombongan baru. Inilah hidupku, embun pagi menjernihkan pikiranku dan inspirasiku..
Kudengar dari seorang kawan....
Dia tlah jatuh cinta pada seorang yang tak dikenalnya...
Kudengar dari seorang kawan...
Apa kita mungkin bersatu?..tak ada antara kita...
Kudengar dari seorang kawan...
Bila kita yakin,.semua pasti mungkin...
Kudengar dari seorang kawan...
Lalu, bagaimana pendapatmu????..
Dan kujawab...
Tak ada yang tak mungkin didunia ini, kemudian kawanku pun tersenyum..^_^
Untuk Risa..
Akhir Februari, 2006..
Tuhan, malam ini aku belajar untuk teman. Aku mencoba berbuat baik untuk teman. Mungkin dengan seperti ini aku bisa berarti untuk orang lain.
Tuhan, malam ini aku belajar untuk teman. Aku melakukan dengan ketulusan hatiku. Dari sini kuberharap, aku bisa temukan sahabat.
Tuhan, tadi pagi kebencian muncul lagi. Apa yang harus kulakukan?aku tak ingin hal itu mendarah daging ditubuhku dan membuatku merasa berdosa.
Tuhan, aku merasa tak dihargai orang lain. Mungkin beginilah rasanya. Aku tau aku tak pernah menghargai orang lain.
Tuhan, aku merasa I’m the best. Apa itu salah?tak jarang aku terlalu sombong dengan itu. Apa itu salah?
Tuhan, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku seperti mereka? Tolong aku Tuhan...
Malam terkhir bulan Februari, 2006
Bintang terakhir bersinar dilangit Februari. Waktu berlalu begitu cepat. Aku belum juga bangun dari tidur panjangku. Aku masih membutuhkan tetesan air hujan, aku masih butuh senyuman mentari pagi, Tapi, aku belum juga bangun dari tidur panjangku. Huh..kapan aku bisa lepaskan semua ini...
Kamis, 11 Mei 2006
Dee...bintang malam hari ini bersinar sangat terang. Bintang yang paling terang..ada disebelah sana..di timur mendekati sang Bulan. Tapi malam ini bintang kelihatan sedih..Matahari terlalu sulit untuk diraih..aku melihat bintang mencoba meraih matahari..kenapa matahari pergi?..apa belum takdir?.matahari... kenapa hadirmu hanya untuk bumi? Matahari..mengapa kau seperti membenci bintang. Walaupun tadi ada noda diwajahmu, tapi bintang selalu menghawatirkanmu..
Besok aku ultah, aku ingin dapet sesuatu yang aku inginkan, deary baru dan tulisan happy bhirtday...malam ini malam terakhir usiaku ke 15 dan besok aku sudah 16 tahun. Kalau Tuhan mengijinkan...
12 Juni 2006
Hidupku seperti embun pagi, sebentar lagi matahari memanggilku, menemaniku dan menjemputku. Ini adalah detik terakhir, mungkin aku akan cepat pergi melupakannya, meninggalkan kenangan yang kuukir disini. Kebohonganku, keegoisanku, dan juga kesombonganku akan hilang..menguap bersama bias-bias cahaya mentari. Saat malam tiba embun datang bersamaku, lahir sebagai sosok yang suci...dalam perjalanannya menjemput matahari akan ada kebohongan, keegoisan, dan kesombongan baru. Inilah hidupku, embun pagi menjernihkan pikiranku dan inspirasiku..
Selasa, 11 Mei 2010
Sabtu, 01 Mei 2010
this is my first page...
setelah bersusah payah bikin account Gmail n bikin verivikasinya yang ribet...akhirnya bisa juga bikin blog kayak temen-temen..hahahah...telat sih, habisnya selalu g berhasil log in ke google accountnya..sambil nungguwin mbak-mbak kos ngenet, iseng-iseng bikin blog, skaligus buat pamer mata kuliah menulis kreatif disini...hehehhe.......
Langganan:
Postingan (Atom)